03.33
adang muhidin,adang muhidin pelopor bambu unik,adang muhidin seniman bambu,adang muhidin entrepreneur bambu,adang muhidin pengusaha bambu

Jauh-jauh sekolah ke Jerman, Adang Muhidin justru tertarik dengan bambu. Ia heran mengapa bambu di Eropa begitu mahal dan memiliki nilai yang tinggi, padahal di Indonesia tak ada harganya.

Setelah mendapatkan gelar master di bidang ilmu bahan dari Universitas Fachhochschule Südwestfalen, Iserlohn-Jerman, ia lalu mendirikan Indonesian Bamboo Community. Ia ingin memberdayakan bambu dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya di Bandung. Adang memberikan pelatihan kepada calon perajin bambu agar dapat memproduksi karya bernilai tinggi.

Salah satunya adalah alat musik. Untuk membuat alat musik dari bambu itu, Adang banyak menemui kendala, terutama terbatasnya sumber daya. Hingga saat ini, beberapa jenis alat musik dari bambu telah dibuatnya, seperti gitar, bass, violin hingga contrabass.

"Perajinnya hanya satu, jadi kami tidak bisa menciptakan banyak produk," ujar Adang kepada VIVAnews, beberapa waktu lalu.

Pembeli produknya justru kebanyakan berasal dari luar negeri seperti Afrika, Eropa, Amerika, dan Jepang. Meski tak dipasarkan ke luar negeri, para pembeli itu berdatangan ke tempat Adang, karena tertarik melihat produknya di internet.

"Pembelian paling besar waktu itu berasal dari Prancis, yang memesan 700 unit saxophone,” ujarnya.

Biola buatannya dijual dari Rp400 ribu hingga Rp2,5 juta. Dalam sebulan, ia bisa menjual 2-3 alat musik. Dari semua pembeli, hanya dua orang pembeli berasal dari Indonesia.

Indonesian Bamboo Community tengah rajin mengadakan workshop untuk menggalang dukungan agar bambu dapat diberdayakan, dan masyarakat sekitar bisa terangkat kesejahteraannya. Adang mengakui, pihaknya belum bisa berbuat banyak karena terbatasnya modal.

Padahal, komunitasnya sangat membutuhkan mesin agar bisa menciptakan karya lebih banyak. Hingga saat ini, semua produk alat musiknya dikerjakan dengan manual dengan peralatan seadanya.

Namun, hal itu tak membuat ia patah arang, karena pada awalnya sang pencipta alat musik dari bambu, Yudi Rahmat, pada mulanya hanya bermodalkan sampah bambu tak terpakai.
sumber: life.viva.co.id

0 komentar:

Posting Komentar