13.00
Krisantus Ariyance Sasi mungkin tidak pernah menyangka kalau istrinya yang sangat ia cintai tega berselingkuh di belakangnya. Kristiantus yang pergi merantau untuk mencari nafkah bagi keluarganya harus pasrah menerima kenyataan istrinya telah dihamili pria lain.

Krisantus Ariyance Sasi (26), warga Kelurahan Benpasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur melaporkan istrinya, Ignasia Manhitu (26) ke Polres Timor Timur Utara (TTU).

Hal itu disebabkan istinya melakukan aborsi tanpa sepengetahuan dirinya. Selain itu, janin yang diaborsi tersebut adalah hasil hubungan gelap istrinya dengan pria lain.

Krisantus yang ditemui di Mapolres TTU, Selasa (4/9/2012) mengatakan pada bulan Agustus 2011 lalu dirinya pergi meninggalkan istri, Ignasia dan dua orang anaknya merantau ke Kalimantan Tengah dan bekerja di salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit sebagai mandor.

Saat merantau, Ignasia meminta izin dirinya untuk tinggal kembali di rumah kedua orang tua istrinya di Kote, Kelurahan Noemuti, Kecamatan Noemuti , TTU. Dia mengaku setiap bulan selalu rutin mengirim uang kepada istri dan anaknya karena posisinya sebagai mandor tentunya gaji yang diterimanya juga cukup.

"Sebelum saya ke Kalimantan, saya dengan istri saya sudah buat komitmen untuk saling menjaga diri. Komunikasi kami juga selama ini lancar dan baik dengan menggunakan HP. Namun mulai bulan Juli 2012 kemarin, saya telepon dan SMS tidak pernah direspon, sehingga saya pun takut jangan sampai terjadi apa-apa dengan istri dan anak-anak saya," jelas Krisantus.

Lanjut Krisantus, pada 6 Agustus 2012, seorang bibi istrinya menelpon dirinya dan memberitahukan kalau istrinya sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu karena sakit keras dan dirinya diminta untuk segera kembali ke Kefamenanu. Karena saat itu posisinya masih berada di Kalimantan, Krisantus pun meminta bantuan kakak kandungnya, Markus Sasi untuk mengecek istrinya di rumah sakit.

"Kakak Markus, kemudian langsung menuju ke rumah sakit untuk mengecek kondisi istri saya yang ternyata dirawat di ruang bersalin. Markus pun bertanya ke istri saya penyakitnya apa sehingga harus dirawat di ruang bersalin? Istri saya kemudian menjawab kalau sakit kepala dan ulu hati. Karena curiga, kemudian Markus pun menanyakan hal tersebut ke perawat rumah sakit, tapi oleh perawat mengatakan yang berhak memberi informasi hanya dokter di Puskesmas Noemuti yang merujuk istri saya ke rumah sakit," jelas Krisantus.

Tambah Krisantus, sehari kemudian kakaknya Markus pun bertemu dengan sang dokter di Puskesmas Noemuti dan meminta dokter untuk membuat surat keterangan. Dan dokter kemudian membuat surat keterangan yang membenarkan kalau pasien atas nama istrinya itu pada 4 Agustus 2012 pukul 18.30 Wita mendatangi klinik bersaliin Puskesmas Noemuti dengan keluhan pervaginam dan kesakitan. Terdapat plasenta belum lahir setelah beberapa jam sebelumnya (janin sudah lahir di rumah) sehingga diagnosa dokter waktu itu umur kehamilan 21 minggu dengan abortus.

"Setelah mendapat surat keterangan dokter, kakak Markus kemudian menelepon saya untuk segera pulang kembali ke Kefamenanu karena istri saya aborsi. Mendengar informasi itu, saya jadi stres berat sampai semua barang yang ada di sekitar saya langsung saya rusaki, kok kenapa istri saya begitu tega mengkhianati saya," kata Krisantus.

Tiba di Kefamenanu, Krisantus kemudian langsung mencari istrinya di rumah mertuanya, namun dia tidak berhasil mendapati istrinya karena sedang di rumah keluarga istrinya di kefamenanu. 

"Saat bertemu dengan istri, saya pun bertanya kepadanya kalau selama ini dia sakit apa? Pertanyaan saya itu dijawabnya dengan hanya menangis terus tanpa henti. Karena terus didesak, istri saya pun langsung mengaku kalau telah dihamili oleh pria lain. Mendengar itu, hati saya jadi panas, namun saya mampu kendalikan emosi dan saya kemudian minta pamit pergi," kata Krisantus.

Menurut Krisantus, pihak keluarga besarnya kemudian berembuk dan bersepakat agar masalah tersebut diselesaikan secara kekeluargaan dan secara adat orang Timor. Namun setelah menunggu sampai tujuh kali, ternyata keluarga istrinya pun tidak punya inisiatif untuk mendatangi rumah Krisantus sebagai bentuk permintaan maaf ala orang Timor.

Akhirnya Krisantus pun melaporkan istrinya ke polisi setempat. Setelah mendapat laporan Krisantus, polisi yang dipimpin oleh Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Noemuti, Inspektur Satu Damasus Wahang, kemudian langsung mendatangi rumah Ignasia dan memeriksa janin yang dikubur persis di samping rumah, sekaligus rumah itu diberi police line.

Sementara itu, Ignasia baru dijemput polisi di rumah keluarganya di sekitar Kefamenanu. Terkait dengan itu, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polres TTU, Inspektur Dua Zefnat S.Y Tefa, mengatakan kasus tersebut masih sementara dalam pemeriksaan di bagian Reskrim, termasuk Krisantus dan istrinya.
sumber: tribunnews.com

0 komentar:

Posting Komentar