Pemenang II Wirausaha Muda Mandiri 2010 |
Memulai bisnis tak selalu rumit atau
harus bermodal besar. Simak saja apa yang dilakukan Andi Arham Bunyamin,
Pemenang II Wirausaha Muda Mandiri 2010 Kategori Mahasiswa Program Diploma dan
Sarjana Bidang Usaha Industri dan Jasa.
Mahasiswa Jurusan Hubungan
Internasional Universitas Hasanuddin Makassar ini memulai usahanya hanya karena
iseng semata. Modalnya pun amat minim, tak lebih dari Rp 50 ribu. Itu pun, uang
milik temannya. Semua berawal pada 2007, saat ia menunjukkan kemampuannya
mendesain pin kepada rekan-rekan sekelasnya di SMA.
Bak gayung bersambut,
seorang teman memberinya “proyek” pencetakan 50 -100 buah pin dengan uang muka
Rp 30 ribu. Padahal, waktu itu Arham hanya piawai mendesain gambar pin saja.
“Saya saat itu belum tahu sama sekali mau mencetak desain pin di mana,” kenang
Arham. Beruntung, setelah seminggu mencari- cari, secara tak sengaja ia menemukan
gerai kecil yang menampilkan beberapa model pin, dan bisa mencetak pesanan pin.
Maka, pin pesanan rekan-rekan sekelas Arhan pun bisa beres.
Dengan modal Rp
3.700 per pin, dan Arham menjual ke temannya dengan harga satuan Rp 4.700.
Sejak itu, pria yang hobi main komputer ini kerap menerima lebih banyak order
dari teman-teman SMA-nya di Makassar. “Dalam sebulan saya bisa dapat order
200-300 buah pin,” cerita Arham. Kini, bisnis pencetakan pin yang begitu
sederhana tadi ternyata berkembang sangat pesat.
Lihat saja. Pada 2009, usaha
Arham yang dinamakan Kretakupa itu sudah menerima pesanan dari Wajo, Sopeng,
dan bahkan dari Kalimantan. Penjualannya pun meningkat sekitar 200 persen hinga
mencapai Rp 100 juta sepanjang 2010. Tentu saja, sukses Kretakupa tadi ada
resepnya. Arham selalu memutar otak untuk bisa memperluas pasar dan meraup laba
lebih besar.
Coba lihat. Ketika margin keuntungannya masih Rp 1.000 per pin, ia
pun berkeras untuk bisa memiliki mesin pencetak pin sendiri. Dengan mesin
sendiri, ia hanya butuh modal bahan seharga Rp 1.000 per pin. Artinya, ia bisa
memperoleh margin keuntungan Rp 3.000 per pin. Berkat keteguhannya, tak sampai
setahun kemudian Arham sudah punya mesin pin seharga Rp 2,7 juta. Lalu, pasar
ia perluas dengan cara jitu. Saat kuliah, ia mulai menggalang kerja sama dengan
percetakan-percetakan yang tidak punya mesin pin.
Perlahan tapi pasti, Arham
pun mulai kebanjiran order baru di luar dari lingkungan teman SMA dan
kampusnya. Pemuda usia 22 tahun ini juga menyewa tempat usaha di lokasi yang
strategis di Makassar. Dengan begitu ia mampu “mencegat” pemesan baru yang lalu
lalang di sana. Tak hanya itu. Pemuda yang awalnya bercita-cita menjadi ahli
komputer ini juga memperluas usahanya dengan mulai menjual bahan baku pin.
Bahan pin ia beli dari Bandung dengan harga hanya Rp 300 per pin.
Padahal, di
Makassar harganya Rp 1.000 per pin. Margin keuntungan produksi Arham menjadi
lebih besar, plus ia bisa menjual bahan pin ke percetakan lain. “Sejak menjual
bahan, penjualan saya naik 400 persen,” tuturnya. Selanjutnya, bisnis Arham pun
tambah melejit usai memenangkan penghargaan Wirausaha Mandiri 2010. Ini
lantaran, sebagai salah satu pemenang ia mendapat fasilitas beberapa pelatihan
bisnis dan road show pameran yang digelar Bank Mandiri.
Dari hasil pameran ia
bisa memperluas pasar sampai ke Kendari, Gorontalo, Maluku, bahkan ke Mataram.
Produk yang diproduksi pu tak hanya pin, tetapi juga aneka merchandise,
penerbitan buku, pembuatan undangan, id card, dan kebutuhan-kebutuhan
publikasi.
Omsetnya pun makin melesat. Hingga bulan Oktober lalu, omset
Kretakupa sudah lebih Rp100 juta, melebihi omset 2010. “Hingga akhir tahun
2011, target omset saya sekitar Rp 250 juta,” papar Arham.
wah piawai sekali ini mas arham dalam memanfaatkan kesempatan.
BalasHapusbetul gan,,
Hapusmasih muda tapi sudah jeli memanfaatkan peluang
mungkin kalo diceritakan kegagalannya, lebih memotivasi lagi..!!
BalasHapusatau mungkin tidak ada gagalnya?? why??
pasti ada lah gagalnya,,
Hapusnamanya juga bisnis
super,,
BalasHapus