Ilustrasi |
Namun karena tidak menjalani uji klinis yang ketat, obat herbal juga
dapat memiliki efek samping berisiko. Seperti kasus yang dialami seorang gadis
berusia 11 tahun di Italia.
Gadis tersebut mengkonsumsi herbal yang disebut saw palmetto atau Serenoa repens.
Herbal ini biasanya digunakan untuk membantu mengobati pembesaran
prostat pada pria. Ramuan ini juga terkadang bermanfaat untuk mengatasi
kebotakan. Gadis yang namanya dirahasiakan ini meminum saw palmetto untuk
mengatasi telogen effluvium, penyebab kerontokan rambut pada anak-anak.
Pada bulan pertama, anak tersebut mampu mentoleransi herbal dengan baik. Setelah sebulan berlalu, ia mulai mengalami gejala khas wanita menopause berupa hot flashes, yaitu berkeringat di malam hari. Gejala ini dialami setiap hari. Ketika berhenti minum suplemen, 2 bulan setelah menjalani pengobatan, hot flashes pun berhenti.
Sekitar 1 bulan setelah berhenti menjalani terapi, gadis tahun tersebut mendapat menstruasi pertamanya. Padahal rata-rata gadis kaukasoid mengalami menstruasi pertama di usia 12,77 tahun. Menstruasi yang dialami pun tak normal karena berlangsung selama 15 hari disertai pendarahan hebat. Menstruasi yang sehat seharusnya berlangsung selama seminggu.
Seperti dilansir Fox News, Rabu (3/10/2012), gejala yang dialami gadis malang ini berlangsung selama setahun, cukup lama setelah berhenti mengkonsumsi herbal. Selama jangka waktu tersebut, ia tidak menjalani pengobatan lain. Oleh karena itu dokter yakin bahwa gangguan tersebut diakibatkan konsumsi herbal saw palmetto.
Saw palmetto sendiri diketahui dapat menurunkan kadar estrogen. Dokter menduga hal inilah yang membuat gadis tersebut mengalami gejala abnormal tersebut. Penelitian mengenai efek dari ramuan herbal ini pada pria memang sudah ada beberapa, namun yang meneliti efeknya pada perempuan dan anak-anak masih belum ada.
Kasus yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics ini menekankan pentingnya konsumen obat atau herbal untuk terlebih dahulu memeriksa dan meneliti produk sebelum menggunakan. Meskipun produk herbal diklaim lebih aman, akan lebih baik jika konsumen tetap mewaspadai efek sampingnya layaknya obat produksi pabrikan.(detikcom)
Pada bulan pertama, anak tersebut mampu mentoleransi herbal dengan baik. Setelah sebulan berlalu, ia mulai mengalami gejala khas wanita menopause berupa hot flashes, yaitu berkeringat di malam hari. Gejala ini dialami setiap hari. Ketika berhenti minum suplemen, 2 bulan setelah menjalani pengobatan, hot flashes pun berhenti.
Sekitar 1 bulan setelah berhenti menjalani terapi, gadis tahun tersebut mendapat menstruasi pertamanya. Padahal rata-rata gadis kaukasoid mengalami menstruasi pertama di usia 12,77 tahun. Menstruasi yang dialami pun tak normal karena berlangsung selama 15 hari disertai pendarahan hebat. Menstruasi yang sehat seharusnya berlangsung selama seminggu.
Seperti dilansir Fox News, Rabu (3/10/2012), gejala yang dialami gadis malang ini berlangsung selama setahun, cukup lama setelah berhenti mengkonsumsi herbal. Selama jangka waktu tersebut, ia tidak menjalani pengobatan lain. Oleh karena itu dokter yakin bahwa gangguan tersebut diakibatkan konsumsi herbal saw palmetto.
Saw palmetto sendiri diketahui dapat menurunkan kadar estrogen. Dokter menduga hal inilah yang membuat gadis tersebut mengalami gejala abnormal tersebut. Penelitian mengenai efek dari ramuan herbal ini pada pria memang sudah ada beberapa, namun yang meneliti efeknya pada perempuan dan anak-anak masih belum ada.
Kasus yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics ini menekankan pentingnya konsumen obat atau herbal untuk terlebih dahulu memeriksa dan meneliti produk sebelum menggunakan. Meskipun produk herbal diklaim lebih aman, akan lebih baik jika konsumen tetap mewaspadai efek sampingnya layaknya obat produksi pabrikan.(detikcom)
0 komentar:
Posting Komentar