Manajer Chelsea Roberto di Matteo
ternyata pernah tidak berencana menjadi pelatih setelah gantung sepatu di usia
yang masih tergolong muda. Namun ia terjun juga karena kecanduan sepakbola.
Ketika Andre Villas-Boas membujuk dia untuk menjadi asisten manajer Chelsea pada musim panas 2011, publik Stamford Bridge menyambutnya dengan suka cita, karena orang Italia itu bukan sosok asing buat mereka, bahkan pernah jadi pujaan di sana.
Di Matteo pernah menjadi pemain tengah yang handal buat "Si Biru". Setelah berselisih dengan Zdenek Zeman, ia memutuskan keluar dari Lazio di tahun 1996 dan menerima pinangan manajer Chelsea kala itu, Ruud Gullit.
Kariernya di Inggris pun dimulai, bersama klub yang mulai menjadi kosmopolitan ketika itu. Selain dia, di waktu bersamaan Gullit yang berstatusplayer/manager juga memboyong dua bintang Italia yang lain, Gianluca Vialli dan Gianfranco Zola.
Di Matteo cepat beradaptasi dengan kultur Inggris dan menjadi pemain utama. Di akhir musim pertamanya ia bahkan mencetak gol di pertandingan final Piala FA, dan Chelsea meraih trofi besar pertamanya dalam 26 tahun.
Pria kelahiran Swiss pada 27 Mei 1970 itu bertahan di level atas bersama Chelsea selama lima musim. Selama itu ia ikut membantu timnya merengkuh dua Piala FA, satu Piala Liga Inggris, satu Piala UEFA, satu Piala Super Eropa. Sebuah catatan khusus tentang dia adalah, dia tak pernah kalah bersama Chelsea setiap kali bermain di Old Trafford, kandang Manchester United.
Di awal musim 2001/2002, Di Matteo mengalami cedera patah kaki di tiga bagian. Ia divonis absen selama delapan bulan. Di bulan Februari 2002 ia menyerah dan tak berharap lagi bisa kembali bermain. Di Matteo memutuskan pensiun dalam usia yang baru 31 tahun. Selama enam tahun menjadi pemain Chelsea, ia tampil di 175 pertandingan dan mencetak 26 gol. Fans memasukkan namanya ke dalam daftar skuat Chelsea XI terhebat sepanjang masa.
Tidak seperti banyak pesepakbola yang "pindah ke lapangan golf", atau menjadi pelatih setelah pensiun, Di Matteo memilih ke kampus. Ia melanjutkan pendidikan akademis untuk mengejar gelar sarjana di bidang administrasi bisnis, sambil mengurus usahanya sendiri.
Enam tahun setelah gantung sepatu, nama Di Matteo masuk lagi ke koran-koran olahraga ketika ia ditunjuk sebagai manajer klub divisi tiga Liga Inggris, Milton Keynes, meneruskan pekerjaan Paul Ince yang pindah ke Blackburn Rovers.
Setahun kemudian ia direkrut West Bromwich Albion, yang baru turun dari Premier League ke divisiChampionship. Di Matteo berhasil mengembalikan klub tersebut ke Premiership di musim berikutnya, walaupun kemudian WBA melepas dia di bulan Februari 2011, setelah The Baggies menuai rentetan hasil buruk.
Setahun lebih "menganggur", Di Matteo digandeng Villas-Boas untuk kembali ke Stamford Bridge. Dan ketika bosnya itu dipecat pada awal Maret 2012, direksi Chelsea menugaskan dia untuk melatih Frank Lampard dkk. sampai musim selesai. Hasilnya semua orang tahu: Chelsea malah dibawa Di Matteo ke tangga juara Piala FA, dan memenangi Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Roman Abramovich lalu memberinya kontrak baru berdurasi dua tahun untuk menjadi manajer klub.
"Orang berubah!" Di Matteo menjawab sambil tertawa pertanyaan staf media Chelsea, tentang kenapa dia bisa kembali lagi ke ranah sepakbola, walaupun sempat tidak berkeinginan menjadi pelatih seusai pensiun.
"Aku tidak tahu. Umur mungkin. (Walaupun sudah pensiun), aku masih tetap bermain bola.
"Jika Anda seorang pesepakbola, Anda akan terenggut. Seperti kecanduan. Anda bisa hidup tanpa itu untuk sementara waktu, tapi kecanduan itu selalu di sana. Aku merasa, di suatu titik aku ingin menjalani momen-momen itu, minggu-minggu yang menegangkan, merasa adrenalin dan emosi yang tidak Anda dapatkan di pekerjaan lain.
"Aku pernah mengalami itu semua, dan aku pun bisa hidup tanpa itu untuk sementara waktu. Tapi (kecanduan) itu selama ada. Aku merasa bergelora lagi dan ingin melakukan sesuatu dalam sepakbola."
Di Matteo menambahkan, dia tidak menjadi pelatih karena merasa ada urusan yang belum selesai dalam hidupnya di lapangan sepakbola.
"Aku sangat senang dengan karierku (sebagai pemain). Sebagian orang menuntaskan kariernya karena usia, cedera, atau hal-hal lain. Setiap orang berbeda. Tapi aku tak pernah merasakan ini sebagai 'unfinished business'," ungkapnya seperti tertuang di situs resmi Chelsea.(detikSport)
0 komentar:
Posting Komentar